Kesadaran Sejarah,
Pendidikan dan R.A Kartini
Oleh : Miskawi
Bangsa yang besar adalah bangsa yang paham akan sejarahnya………
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai tanah airnya………
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai bendera tanah airnya………
Pada
kesempatan ini kami mengajak seluruh masyarakat untuk paham akan peristiwa
sejarah dan mampu belajar sejarah dan lebih-lebih adanya kesadaran sejarah
untuk mencintai tanah airnya dan mampu pulah mencintai bendera tanah airnya.
Peristiwa sejarah atau sejarah dalam konteks keilmuan (ilmu sejarah) memiliki
watak trimendisional kesinambungan antara hari kemarin, sekarang dan yang akan
datang. Ketiga komponen inilah sangat berketerkaiatan erat, tidak terpisahkan
dan dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kalau kita mencoba untuk
menganalisis bahwa masa lampau adalah pijakan bagi kehadiran masa kini dan masa kini merupakan sebuah kerangka pematangan untuk masa yang akan datang.
Inilah nilai pentingnya adanya kesadaran sejarah dan belajar dari sejarah bukan bagaimana
belajar sejarah.
Dengan
adanya kesadaran sejarah kita semua akan lebih menjadi arif dan bijaksana dalam memaknai sebuah hidup terutama dalam melakoni masa yang belum pasti, paling tidak kesadaran
sejarah akan mengantarkan kita untuk tidak berbuat salah untuk kesalahan sama yang akan datang.
Gambaran
diatas adalah salah satu nilai penting tentang kesadaran sejarah. Yang perlu kita renungkan
bersama apakah kita semua sudah belajar dari sejarah. Belum semuanya……….! Acuanya
adalah potret Indonesia
saat ini sangatlah memperihatinkan,
mengalami kembang-kempis. Maksud semua ini bukan menjelekkan bangsa, tapi
dengan mengetahui dan mampu memperbaiki bangsa,
karena cinta inilah sebagai sebuah bentuk nasionalisme terhadap bangsa Indonesia
sebenarnya.
Saya sadar memang untuk
mewujudkan Indonesia seutuhnya memerlukan waktu yang yang bertahap dan menjadi
lebih baik, tetapi kenyataannya apa yang telah kita berikan buat bangsa kita
selama 66 tahun ini. Kenyataannya Indonesia mengalami krisis
multidimensi salah satunya dunia pendidikan.
Pendidikan
saat ini telah menghasilkan watak-watak penindas, gelar ahli madya, Sarjana,
magister, Doktor dan Profesor diperoleh dari pendidikan. Bangsa Indonesia
terkenal sebagai Negara Korupsi yang dilakukan oleh para koruptor yang
bersanding gelar ahli madya, Sarjana, magister, Doktor dan Profesor. apakah
bisa dikatakan jika pendidikan telah mengasilkan karakter-karakter yang mampu
membangun bangsa saat ini. Jawabanya tidak?........
Kita
sebagai masyarakat dari bangsa ini, harus sadar dan menyadarinya bahwa salah satu
akibat langsung dari keuntungan
pendidikan dalah munculnya organisasi
modern di Indonesia yang mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang
merdeka. Jadi malah dengan majunya pendidikan dan ditunjangan angaran 20 %
seharusnya menjadi lebih baik dan mampu mencetak kader yang memikirkan nasib
bangsa ini.
Berbicara
masalah pendidikan pada masa pemerintahan Kolonial, pendidikan diwajibkan untuk
semua anak-anak Indonesia.
Usaha kepedukian ini banyak didirikan sekolah mulai sekolah rendah sampai
dengan sekolah tinggi. Tapi yang disayangkan yang bisa sekolah atau yang
mempunyai kesempatan belajar adalah dikalangan laki-laki. Melalui pengajaran
atau dilibatkan dalam dunia pendidikan agar laki-laki ini mendapatkan kedudukan social yang lebih
tinggi dan kehidupan yang lebih baik
dari pada perempuan.
Terus bagaimana tentang
nasib perempuan dalam dunia pendidikan. Perlu saya garis bawahi pendidikan
untuk perempuan masih dikatakan minim, jika ada pendidikan perempuan hanya
diperioritaskan pada lingkungan keluarga
saja. Maksudnya pendidikan yang
diperoleh tidak lebih dari sekedar persipan untuk menjadi ibu rumah tangga yang
baik, seperti memasak, menjahit dan
membatik, inilah ikatan adat yang terjadi pada perempuat yang akhirnya berimbas
bahwa perempuan ketinggalan jauh dengan laki-laki
Dengan melihat kedudukan perempuan yang jauh berbeda dengan
laki-laki, maka wanita berusaha untuk
memperjuangkan kebebasannya. Upaya perjuangan kebebasan dalam masyarakat Indonesia sering dikenal dengan emansipasi sedangkan
didunia barat dikenal dengan sebutan femenisme.
Emansipasi wanita
sendiri terkandung dalam jiwa wanita pada saat itu tidak lain adalah
keinginan untuk mendapatkan persamaan hak dan kebebasan dari lingkungan adat. Kalau ditarik pada
kondisi saat ini terutama dalam pendidikan adalah kesamaan hak memperoleh
pendidikan antara laki-laki dan perempuan
Emansipasi perempuan
dalam dunia pendidikan ini tentunya tidak lepas dari peranan Raden Ajeng (R.A) Kartini sebagai pelopor emansipasi
perempuan dalam dunia pendidikan. Masyarakat khususnya kalangan muda hanyalah
mengerti bahwa R.A Kartini sebagai Tokoh pergerakan Nasioanal Indonesia, tapi masih dangkal
pemahaman apa yang telah diperjuangkan
oleh R.A Kartini. Perempuan saat ini bisa sekolah bukan karena Keluarganya
mampu menyekolahkan, tetapi usaha dari perjuangan Kartini yang mampu merubah
budaya adat sebelumnya bahwa yang bisa sekolah hanyalah laki-laki.
Bagi Kartini pendidikan merupakan
masalah pokok bagi masyarakat Indonesia.
Pendidikan bukan hanya ditujukan kepada kaum laki-laki untuk menjadi pangreh
praja, jaksa, dan melanjutkan kepada pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi,
tetapi pendidikan bagi kaum wanita harus diutamakan juga.
Jadi pendidikan kaum
perempuan selain mengasah intelegensi
juga mampu membangun sopan santun dan kesusilaan di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh kartini ini juga mendapatkan dukungan Van
Deventer, sehingga pada tahun 1912
Kartini mampu mendirikan Sekolah
Kartini dan Kartini adalah sosok wanita yang pertama kali mendapatkan ijazah
guru. Akan tetapi perjuangan tersebut tidak sesuai dengan tujuan awal karena Kartini meninggal pada tahun 1904
dalam usia 25 tahun.
Jadi pendidikan yang
diperoleh saat ini tidak lepas dari perjuangan para pahlawan sebelumnya
khususya perjuangan R.A Kartini. Ternyata kalau direnungkan kembali ternyata
dampak perjuangan kartini bukan hanya emansipasi perempuan di dalam dunia
pendidikan. Tetapi juga bagi laki-laki juga mendapatkan hak yang sama atau
sejajar. Saya contohkan khususnya laki-laki yang bisa melanjutkan sekolah
hanyalah dari golongan mampu atau bangsawan, tetapi imbas emansipasi Kartini.
Masyarakat Indonesia
yang tidak mampu, bisa melanjutkan sekolah (pendidikan) baik laki-laki dan
perempuan dan hal ini mampu menggugah pemerintah untuk membantu dalam
pendidikan dengan sebesar 20%.
Mengingat nasib
pendidikan saat ini, tentunya apa yang telah diperjuangkan oleh R.A Kartini
menjadi sebuah kesadaran dalam dunia pendidikan. Dengan kesadaran ini tentunya
pendidikan harus menghasilkan dan mampu melahirkan orang-orang pintar yang
mampu mengisi bangsa dan memperjuangkan bangsa
menjadi bangsa yang merdeka. Bukan malah dengan kepedulian pemerintah ini,
pendidikan malah mencetak para penyakit bangsa khususnya pendidikan bagi para
koruptor .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar