Rabu, 09 Mei 2012

Kesadaran Sejarah, Pendidikan dan R.A Kartini


Kesadaran Sejarah, Pendidikan  dan R.A Kartini 
Oleh : Miskawi

Bangsa yang besar adalah bangsa yang paham akan sejarahnya………
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai tanah airnya………
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai bendera tanah  airnya………
           
            Pada kesempatan ini kami mengajak seluruh masyarakat untuk paham akan peristiwa sejarah dan mampu belajar sejarah dan lebih-lebih adanya kesadaran sejarah untuk mencintai tanah airnya dan mampu pulah mencintai bendera tanah airnya. Peristiwa sejarah atau sejarah dalam konteks keilmuan (ilmu sejarah) memiliki watak trimendisional kesinambungan antara hari kemarin, sekarang dan yang akan datang. Ketiga komponen inilah sangat berketerkaiatan erat, tidak terpisahkan dan dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kalau kita mencoba untuk menganalisis  bahwa masa lampau  adalah pijakan bagi kehadiran  masa kini dan masa kini  merupakan sebuah kerangka  pematangan untuk masa yang akan datang. Inilah nilai pentingnya adanya kesadaran sejarah  dan belajar dari sejarah bukan bagaimana belajar sejarah.
            Dengan adanya kesadaran sejarah kita semua akan lebih menjadi arif dan bijaksana  dalam memaknai sebuah hidup  terutama dalam melakoni  masa yang belum pasti, paling tidak kesadaran sejarah  akan mengantarkan kita  untuk tidak berbuat salah  untuk kesalahan sama yang akan datang. 
            Gambaran diatas adalah salah satu nilai penting tentang  kesadaran sejarah. Yang perlu kita renungkan bersama apakah kita semua sudah belajar dari sejarah. Belum semuanya……….! Acuanya adalah potret Indonesia saat ini  sangatlah memperihatinkan, mengalami kembang-kempis. Maksud semua ini bukan menjelekkan bangsa, tapi dengan mengetahui dan mampu memperbaiki bangsa,  karena cinta inilah sebagai sebuah bentuk nasionalisme terhadap bangsa Indonesia sebenarnya.
Saya sadar memang untuk mewujudkan Indonesia seutuhnya memerlukan waktu yang yang bertahap dan menjadi lebih baik, tetapi kenyataannya apa yang telah kita berikan buat bangsa kita selama 66 tahun ini. Kenyataannya Indonesia mengalami krisis multidimensi salah satunya dunia pendidikan.
            Pendidikan saat ini telah menghasilkan watak-watak penindas, gelar ahli madya, Sarjana, magister, Doktor dan Profesor diperoleh dari pendidikan. Bangsa Indonesia terkenal sebagai Negara Korupsi yang dilakukan oleh para koruptor yang bersanding gelar ahli madya, Sarjana, magister, Doktor dan Profesor. apakah bisa dikatakan jika pendidikan telah mengasilkan karakter-karakter yang mampu membangun bangsa saat ini. Jawabanya tidak?........
            Kita sebagai masyarakat dari bangsa ini, harus sadar dan menyadarinya bahwa salah satu akibat langsung  dari keuntungan pendidikan  dalah munculnya organisasi modern di Indonesia yang mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Jadi malah dengan majunya pendidikan dan ditunjangan angaran 20 % seharusnya menjadi lebih baik dan mampu mencetak kader yang memikirkan nasib bangsa ini.
            Berbicara masalah pendidikan pada masa pemerintahan Kolonial, pendidikan diwajibkan untuk semua anak-anak Indonesia. Usaha kepedukian ini banyak didirikan sekolah mulai sekolah rendah sampai dengan sekolah tinggi. Tapi yang disayangkan yang bisa sekolah atau yang mempunyai kesempatan belajar adalah dikalangan laki-laki. Melalui pengajaran atau dilibatkan dalam dunia pendidikan agar laki-laki ini  mendapatkan kedudukan social yang lebih tinggi  dan kehidupan yang lebih baik dari pada perempuan.
Terus bagaimana tentang nasib perempuan dalam dunia pendidikan. Perlu saya garis bawahi pendidikan untuk perempuan masih dikatakan minim, jika ada pendidikan perempuan hanya diperioritaskan  pada lingkungan keluarga saja. Maksudnya  pendidikan yang diperoleh  tidak lebih dari sekedar  persipan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, seperti memasak,  menjahit dan membatik, inilah ikatan adat yang terjadi pada perempuat yang akhirnya berimbas bahwa perempuan ketinggalan jauh dengan laki-laki
Dengan melihat  kedudukan perempuan yang jauh berbeda dengan laki-laki, maka wanita berusaha  untuk memperjuangkan kebebasannya. Upaya perjuangan kebebasan  dalam masyarakat Indonesia  sering dikenal dengan emansipasi sedangkan didunia barat dikenal dengan sebutan femenisme.
Emansipasi wanita sendiri terkandung dalam jiwa wanita pada saat itu tidak lain adalah keinginan  untuk mendapatkan  persamaan hak dan kebebasan  dari lingkungan adat. Kalau ditarik pada kondisi saat ini terutama dalam pendidikan adalah kesamaan hak memperoleh pendidikan antara laki-laki dan perempuan
Emansipasi perempuan dalam dunia pendidikan ini tentunya tidak lepas dari peranan Raden Ajeng  (R.A) Kartini sebagai pelopor emansipasi perempuan dalam dunia pendidikan. Masyarakat khususnya kalangan muda hanyalah mengerti bahwa R.A Kartini sebagai Tokoh pergerakan Nasioanal Indonesia, tapi masih dangkal pemahaman  apa yang telah diperjuangkan oleh R.A Kartini. Perempuan saat ini bisa sekolah bukan karena Keluarganya mampu menyekolahkan, tetapi usaha dari perjuangan Kartini yang mampu merubah budaya adat sebelumnya bahwa yang bisa sekolah hanyalah laki-laki.
Bagi Kartini pendidikan merupakan masalah pokok bagi masyarakat Indonesia. Pendidikan bukan hanya ditujukan kepada kaum laki-laki untuk menjadi pangreh praja, jaksa, dan melanjutkan kepada pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi, tetapi pendidikan bagi kaum wanita harus diutamakan juga.
Jadi pendidikan kaum perempuan  selain mengasah intelegensi juga mampu membangun sopan santun dan kesusilaan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh kartini ini juga mendapatkan dukungan Van Deventer, sehingga pada tahun 1912  Kartini  mampu mendirikan Sekolah Kartini dan Kartini adalah sosok wanita yang pertama kali mendapatkan ijazah guru. Akan tetapi perjuangan tersebut tidak sesuai dengan tujuan awal  karena Kartini meninggal pada tahun 1904 dalam usia 25 tahun.
Jadi pendidikan yang diperoleh saat ini tidak lepas dari perjuangan para pahlawan sebelumnya khususya perjuangan R.A Kartini. Ternyata kalau direnungkan kembali ternyata dampak perjuangan kartini bukan hanya emansipasi perempuan di dalam dunia pendidikan. Tetapi juga bagi laki-laki juga mendapatkan hak yang sama atau sejajar. Saya contohkan khususnya laki-laki yang bisa melanjutkan sekolah hanyalah dari golongan mampu atau bangsawan, tetapi imbas emansipasi Kartini. Masyarakat Indonesia yang tidak mampu, bisa melanjutkan sekolah (pendidikan) baik laki-laki dan perempuan dan hal ini mampu menggugah pemerintah untuk membantu dalam pendidikan dengan sebesar 20%.
Mengingat nasib pendidikan saat ini, tentunya apa yang telah diperjuangkan oleh R.A Kartini menjadi sebuah kesadaran dalam dunia pendidikan. Dengan kesadaran ini tentunya pendidikan harus menghasilkan dan mampu melahirkan orang-orang pintar yang mampu mengisi bangsa dan memperjuangkan bangsa  menjadi bangsa yang merdeka. Bukan malah dengan kepedulian pemerintah ini, pendidikan malah mencetak para penyakit bangsa khususnya pendidikan bagi para koruptor .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar