Spiritualisme dan
Religiusitas di Kalangan Penghayat Kepercayaan (Studi Kasus Peziarah di Makam
Keramat Syekh Datuk Ibrahim di Kabupaten Banyuwangi)
Oleh: Miskawi *)
Abstrak
Bagi masyarakat yang mempunyai keyakinan dan
kepercayaan, percaya bahwa makam dapat menjembatani hubungan antara manusia
dengan Tuhan didukung oleh alam pikiran masyarakat yang selalu hendak menjaga
keseimbangan dan keselarasan dalam hidup, baik dalam hubungannya dengan
kehidupan rohani atau yang bersifat spiritual (vertikal) maupun kehidupan
sosial (horisontal). Perilaku
spiritual dilakukan manusia dengan sikap manembah
kepada Tuhan Maha Esa. Wujud sikap manembah manusia memasrakan diri kepada
Ilahi. Secara konseptual manembah sebagai
sikap pasrah kepada kekuatan Ilahi merupakan wujud dari emosi keagamaam (Religius Emution).
Kata Kunci: Spiritualisme,
Religiusitas
Kebutuhan spiritual menyebabkan segala kelakuan
manusia menjadi serba religi, baik pada
kelakuan manusia itu sendiri, maupun tempat dimana kelakuan manusia itu
dilakukan untuk dilaksanakan. Untuk
mendukung perilaku spritual dibutuhkan tempat keramat. Ada anggapan bahwa
tempat keramat merupakan tempat
bersemayamnya arwah leluhur dan adanya kekuatan gaib yang ada pada
benda tertentu yang kebetulan tersimpan
ditempat keramat tersebut. Pengertian kekuatan gaib ini adalah segala kekuatan
yang tidak kelihatan seperti rahasia alam, kekuatan yang aneh-aneh dan
sebagainya (Poerwadarminta, 1976:288).
Banyak makam
yang dianggap gaib, keramat, membawa berkah dan selalu ramai dikunjungi
peziarah. Bagi masyarakat Jawa tradisi ziarah kubur sudah dikenal dan
berkembang sejak zaman animisme dan dinamisme. Miskawi (2007:37), menyatakan
bahwa “makam bagi masyarakat bukan hanya
sekedar mengubur mayat, akan tetapi makam adalah tempat yang dikeramatkan
karena disitulah dikuburkan jasad orang keramat. Dan keberadaan makam juga
sebagai simbol yang ada kaitannya dengan mempertahankan konservasi sumber daya
alam (SDA)”.
Dikabupaten Banyuwangi tepatnya di Kelurahan Lateng Kecamatan
Banyuwangi terdapat sebuah makam Syekh Datuk Ibrahim yang dikeramatkan, dimana
tempat tersebut bersemayam tokoh lelehur yang semasa hidupnya memiliki karisma
dan dianggap sebagai penyebar agama Islam. Tempat keramat yang didukung oleh
keberadaan mitos yang karismatik tersebut menjadi tempat ziarah bagi mereka
dengan tujuan dan maksud tertentu. Ziarah ini pada hakekatnya menyadarkan
kondisi manusia sebagai pembersihan diri dan untuk memperoleh restu leluhur
yang dianggap telah melewati ujian hidup. kunjungan peziarah di makam keramat
Syekh Datuk Ibrahim tidak pernah sepi melainkan ramai setiap harinya terutama
pada hari malam jumat Legi
Seiring dengan kebutuhan spritualisme, ditengah
pekiknya masalah yang dihadapi manusia
kadangkala menjadikan rasionalitas mereka tidak berdaya, sehingga timbul
kecemasan, ketakutan dan ketidak tentraman. Salah satu untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan melakukan ziarah, wisata spiritual diyakini dapat menerangkan jiwa, karena didalamnya terdapat
lantunan-lantunan yang mendatangkan ketenagan, seperti yang tercantum dalam
bacaan tahlil,tahmid dan tasbih serta didukung oleh suasana hening dilingkungan
sekitarnya, menjadikan para makam wali ini menjadi kawasan damai ditengah
keributan manusia (Ruslan dan Arifin,
2007:166).
Rumusan permasalahan ditekankan pada persepsi
peziarah terhadap makam keramat Syekh Datuk Ibrahim dan motivasi peziarah.
Sumber informasi dengan menggunakan tehnik Snowball atau bola
salju. Pendekatan dalam
penelitian termasuk deskriptif kualitatis dan metode yang digunakan adalah
metode Etnografi
Lingkungan sosial budaya,
keberadaan geografis dan kehidupan keagamaan dapat mempengaruhi nilai-nilai
spritiual dan religi masyarakat. Dilihat dari
silsilahnya Syekh Datuk Ibrahim adalah bangsawan Timur Tengah dari keturunan Bani
Hasyim. Sayyid Datuk Abdurahim
Bauzir adalah ulama dari Arab. Pertama ia menginjakkan kaki di bumi Nusantara
tahun 1770-an. Partama datang, ia memilih Blambangan sebagai daerah transit.
Kemudian ia melanjutkan siarnya ke arah timur, hingga di perkampungan Melayu,
Loloan.
Datuk meneruskan menyebarkan
Islam, mengajak putra keduanya, Datuk Ahmad, dan seorang sahabat karibnya,
Syekh Hasan. Penyebaran agama Islam dilakukannya hingga tutup usia tahun 1876.
Datuk wafat pada umur 86 tahunan. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum warga
Arab di Lateng. Makam yang dikeramatkan oleh masyarakat tersebut berada di
Kelurahan Lateng, Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan tempat yang paling banyak
dituju oleh sebagian umat muslim Banyuwangi, Jawa Timur dan Bali. Sebagian umat
muslim menyakralkan makam ini sampai sekarang.
Berdasarkan keyakinan
masyarakat Banyak karomah yang dimiliki oleh Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir
diantaranya menyembuhkan orang-orang sakit dan mendoakan orang-orang yang
mempunyai hajat dan terkabul hajatnya. Makam kuno di pinggir Jalan Basuki
Rahmat dalam mengelolanya dibentuk sebuah yayasan. Pada umumnya pengunjung
biasanya menyerahkan sumbangan sukarela usai berdoa di makam. Menurut Syam
(2005: 139-140) menyatakan bahwa makam bagi sebagian masyarakat yang
mempercayainya bukan hanya sekedar tempat menyimpan mayat, akan tetapi adalah
tempat yang keramat karena disitu dikuburkan jasad orang keramat. Jasat orang
keramat itu tidak sebagaimana jasad orang kebanyakan karena diyakini bahwa
jasadnya tidak akan hancur dimakan oleh binatang tanah seperti cacing tanah,
ulat-ulat pemangsa jasad manusia dan sebagainya akan tetapi terjaga dari
serangan berbagai binatangterseut karena kekuatan magis yang tetap dimilikinyameskipun
meninggal. Selain jasad wali itu
tidak rusak, roh para wali juga
meiliki kekuatan untuk tetap mendatangi makamnya jika makam tersebut diziarahi
orang. Jadi, roh para wali itu mengetahui siapa saja yang databg kemakamnya dan
mendengarkan bagaimana doanya. Sebagai orang yang sangat dekat dengan Allah,
para wali bisa menjadi perantara agar doanya cepat sampai kepada Allah. Memang,
tak semua yang menziarahi makan itu ”benar” tujuannya, sebab ada diantara
mereka yang meminta kepada roh para wali untuk mengabulkan permohonannya.
Bahkan ada juga diantara mereka yang mengambil barang tertentu untuk dibawa
pulang, bisa air, tanah atau kayu yang ada dimakam itu. ”sebagai jimat”.
Masyarakat sekitar tampaknya
masih menganggap makam Syekh Datuk Ibrahim ini. Petunjuk hal ini dapat
diketahui dari orang-orang yang sering datang ketempat itu dengan maksud dan
tujuan tertentu sesuai dengan keinginan mereka. Para pengunjung yang datang
tidak hanya dari satu lapisan masyarakat
saja tetapi berbagai lapisan masyarakat mulai dari pejabat, pengusaha, pegawai
biasa, kyai dan masyarakat kebanyakan baik dari daerah kabupaten Banyuwangi
bahkan dari luar Kabupaten Banyuwangi.
Namun dalam kenyatannya yang dapat kita jumpai,
pandangan masyarakat peziarah lebih banyak menunjukkan bahwa makam Syekh Datuk
Ibrahim adalah tempat untuk meminta sesuatu dan tempat untuk menumbuhkan
harapan hidup lebih baik dari sebelumnya.pandangan inilah yang merupakan
tantangan pengelolah makam dalam hal ini adalah keluarga juru kunci agar tidak
menyimpang dari ajaran agama Islam.
Pada
umumnya pandangan terhadap leluhur yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat
apalagi bergerak dibidang agama, maka
masyarakat ini akan melihat kelebihan-kelebihan yang masih terpancar walaupun
sang tokoh sudah meninggal. Hal ini trbukti bahwa makam tidak hanya sebagai
tempat untuk memakamkan tokoh yang telah meninggal tetapi juga sebagai tempat
yang dianggap sakral, suci ataupun keramat sehingga tempat ini digunakan untuk
meminta sesuatu.
Tentunya pandangan masyarakat
luar dan pandangan masyarakat sekitar mempunyai pandangan yang berbeda, tetapi
semuanya tergantung dari kepentingan mereka berkaitan dengan keberadaan makam
Syekh Datuk Ibrahim, disamping itu juga kepercayaan yang beraneka ragam
terhadap kekeramatan makam Syekh Datuk Ibrahim.
Keselamatan menurut pandangan
peziarah ke makam tidaklah terbatas pada
keselamatan fisik, tetapi juga keselamatan dalam artian yang menyangkut
kehidupan keluarga (keutuhan rumah tangga) dan keselamatan dalam tugas pekerjaan.
Untuk memperoleh keselamatan ini perlu diwujudkan keseimbangan atau keselarasan
hubungan, baik secara vertikal (spiritual) maupun horisontal.
Keselamatan hubungan secara
vertikal (spiritual) itu adalah denga Tuhan sedangkan keselarasan horisontal
(sosial) adalah hubungan antara manusia dengan sesama mahluk hidup dalam
lingkungan sosial yang sama dan alam semesta. Dengan terciptanya keselarasan
hubungan ini, maka manusia akan memperoleh keselamatan dalam hidupnya, karena
yang diutamakam adalah keselamatannya.
Selain motivasi yang
menyebabkan datang ke Makam Syekh Datuk Ibrahim, Tujuan masyarakat melakukan
ziarah ke makam Syekh Datuk Ibrahim ini adalah untuk berdoa dan bertawashul, serta sebagai media untuk
mengingat kematian dan memberi penghormatan kepada leluhur. Syekh Datuk Ibrahim
adalah orang penting yang ikut andil dalam perkembangan Kabupaten Banyuwangi.
Motivasi lain yang dapat
diungkap dari para peziarah adalah mereka yang berkunjung ke makam Syekh Datuk
Ibrahim sekedar untuk mengicapkan rasa syukur karena yang telah diinginkan
telah terwujud. Mereka merasa mempunyai kewajiban untuk berterimah
kasih di makam Syekh Datuk Ibrahim karena telah memberi sesuatu yang telah diinginkan. Wujud
rasa terimah kasih mereka diwujudkan dengan mengadakan selametan dan memberikan
sumbangan kepada pengelolah.
Adanya pandangan yang kemudian
memotivasi para peziarah datang makam Syekh Datuk Ibrahim untuk meminta sesuatu
adalah kenyataan yang ada dalam niat hati para peziarah. Pandangan yang
diwujudkan dengan kenyataan motivasi
inilah yang kemudian memberikan kesan
bahwa makam Syekh Datuk Ibrahim temapat untuk meminta sesuatu. Diantaranya adalah peziarah yang mempunyai
niat lain, misalnya untuk meminta keselamatan dan ketenangan hidup untuk
mengungkap kan rasa syukur kepada Tuhan karena telah bebas atau dapat mengatasi kesulitan hidup yang
baru dialami dengan perantara yang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar