• PENGANTAR
Cina merupakan suatu negara besar di dunia,
terkenal dengan kebudayaan dan filsafatnya. Ajaran filsafatnya hingga sekarang
masih hangat diperbincangkan dan diperdebatkan, dalam filsafat cina banyak
sekali aliran-aliran yang membicarakan masalah mengenai hubungan antara manusia
dengan alam. Pada dasarnya manusia berada dalam harmoni dengan alam dan seluruh
tata dunia yang ada untuk mencapai suatu hubungan yang harmoni maka setiap
manusia harus mampu mengusai dan mengkontrol dirinya seperti yang diajarkan oleh
aliran-aliran yang ada dari Cina seperti Confucianisme. Aliran ini mengajarkan
beberapa konsep ideal dan kodrat manusia itu sepeti apa dan bagaimana, sehingga
terbentuk masyarakat yang baik dan teratur. Tokoh-tokoh filsuf dalam
Confucianisme diantaranya Confucius, Mencius dan Hsun Tzu. Ketiga filsuf ini
mempunyai persepsi yang berbeda dalam konsep manusia ideal dan kodrat manusia,
akan tetapi tujuan dari ketiga filsuf ini sama yaitu membentuk masyarakat yang
baik, tertib, dan teratur. Tujuan ini tidak lepas dari asal mula lahirnya
aliran Confucianisme pada saat kekacauan yang terjadi pada Dinasti Chou,
peranan Confucianisme disini berupaya untuk memulihkan ketertiban dalam
masyarakat dan menitikberatkan pada pembentukan manusia ideal. Aliran ini
diawali oleh Confucius, dia adalah filsuf pertama atau pelopor dari aliran
Confucianisme.
Bertitik tolak dari penjelasan dan buku-buku
mengenai Confucianisme dan tokoh-tokohnya khususnya Confucius, mengenai konsep
ideal. Penulis ingin sekali menganalisis dan mengkritisi masalah tersebut. Ini
merupakan masalah yang cukup kompleks dan menarik jika direfleksikan lebih
mendalam. Penulis menyadari tidak tertutup kemungkinan adanya tulisan terdahulu
yang serupa tentang tema dan topik yang akan dibahas ini, akan tetapi penulis
berupaya untuk tidak hanya mendeskripsikan ulang melainkan mencoba mengkritisi
dan merefleksikan konsep itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup mendasar
tentang manusia ideal yang ditawarkan oleh Confucius diantaranya :
• Apakah dari konsep-konsep manusia ideal
yang ditawarkan sudah cukup relevan dan mencakup aspek dari konsep manusia itu
sendiri atau bertentangan dari itu semua?
• Atas dasar apakah bisa dikatakan manusia
itu sudah ideal, apakah ada kriteria khusus atau tahapan-tahapan untuk mencapainya?
• Relevansi konsep manusia ideal dengan
kondisi Kekinian
Di samping pertanyaan-pertanyaan diatas penulis
sedikit menjelaskan mengenai riwayat hidup Confucius dan konsep manusia ideal
itu sendiri.
• PEMBAHASAN
• Riwayat Hidup Confucius
Confucius adalah nama seorang yang berkebangsaan
Cina, berasal dari nama latin yaitu K'ung Futse. Ia dilahirkan di negara Lu
pada tahun 551 SM. Confucius mempunyai jalur keturunan dari bangsawan kuno dan
hidup dalam keadaan menderita. Ia menempuh hidup berkeluarga pada waktu masih
muda, kemudian ia bekerja sebagai pegawai. Cofucius dapat dikatakan sebagai
seseorang yang berhasil dalam menangani bidang pendidikan maka ia mendapat
sebutan sebagai guru. Seluruh hidup dan kehidupan Confucius hanya dipergunakan untuk
membangun kembali situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa Cina yang ada pada
saat itu sedang dilanda krisis moral yang sedemikian parah. Confucius mendapat
anugerah seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Pada waktu
Confucius berusia 24 tahun ibunya meninggal; dalam hal ini ia mengikuti adat
kebiasaan bangsa cina yaitu dengan cara meninggalkan kehidupan duniawi dalam
suasana berduka-cita selama tiga tahun (Lasiyo, 1983 : 7).
Confucius pernah diangkat menjadi pejabat negara,
tetapi ia merasa demikian kecewa, karena mengetahui maksud pengangkatannya
adalah agar Confucius tidak berbuat macam-macam dan tetap diam bila mengerti
sesuatu yang menyimpang dari kebenaran, kemudian setelah Confucius mengerti hal
tersebut maka ia segera melepaskan jabatannya dan kembali lagi menjadi seorang
guru yang benar-benar dicintai oleh murid-muridnya. Confucius berusaha dengan
tekun mengajar kepada murid-muridnya tentang kesempurnaan dalam kehidupan
individu dan masyarakat, yaitu berdasarkan pada keteguhan, kejujuran, dan
adanya rasa tanggung jawab (Confucius, 1991 : 14).
Pribadi Confucius yang menarik adalah mempunyai
sikap low profile , ia tidak mempunyai rasa khawatir menjalani hidup
dan kehidupan yang selalu diliputi dengan tantangan, cobaan yang selalu menghadang
di setiap saat, baik pada waktu sehat maupun sakit. Ia selalu tenang dan
berbuat baik kepada siapa saja baik kepada anak-anak muda maupun orang-orang
tua. Sifat yang melekat pada dirinya adalah kesederhanaan, lemah, lembut,
tekun, suka memberi contoh yang baik, ramah tamah, berbicara mantap dan cermat
dalam bertindak. (Lasiyo, 1983 : 9-10).
• Konsep Manusia Ideal Menurut
Confucius
Konsep manusia ideal yang ditawarkan oleh
Confucius adalah Chun Tzu yang agung atau dalam istilah bahasa inggris
disebut (gentlemen), seseorang dapat menjadi pimpinan bukan karena keturunan
tetapi karena keagungan watak dan tingkah laku yang baik. Menurut Confucius
bahwa setiap manusia berpotensi menjadi chu-tzu , dan di dalam naluri
manusia terkandung benih-benih kebaikan yang terdiri dari jen (perikemanusiaan),
yi (kelayakan), li (sopan santun), dan chi (kebijaksanan);
karena secara keseluruhan masih berwujud suatu potensi, maka proses selanjutnya
secara lengkap merupakan tanggung jawab manusia, hal ini berkaitan dengan kemauan
dan kemampuan seseorang di dalam upaya menumbuh kembangkan benih-benih tersebut
bagi diri pribadinya. Dengan demikian berbagai faktor, baik dari dalam maupun
luar manusia mempunyai peran yang demikian besar terutama dalam perwujudan jati
diri manusia, maka cara yang paling tepat dan baik adalah hendaknya senantiasa
berpedoman kepada agama, kepercayaan, dan norma-norma yang masih berkaitan
dengan hidup dan kehidupan manusia dewasa ini (Lasiyo, 1998 : 8-9).
Beberapa pengertian Chun-tzu menurut
Confucius :
Chun-tzu adalah seoarang pemberani yang
dapat menyelaraskan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas moral kepribadiannya (Dawson, 1981 :
54). Sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang chu-tzu adalah :
• Setia dan selalu berbuat baik serta
berusaha untuk mawas diri.
• Mencintai sesuatu yang benar dan tidak
mementingkan dirinya sendiri.
• Mengutamakan masalah moral (Dawson, 1981
: 55).
Oleh karena itu seorang chun-tzu selalu
berusaha untuk dapat hidup dan bekerja sama dengan masyarakat dimana ia berada,
agar dengan demikian ia mempunyai jiwa sosial yang tinggi mau beramal apa saja
demi untuk kepentingan masyarakat bangsa dan negaranya.
Confucius dalam membahas masalah chun-tzu lebih
banyak berbicara tentang masalah moral, karena moral merupakan dasar dari
keberhasilan pembangunan suatu bangsa, tanpa landasan pada moral suatu bangsa
akan segera mengalami keruntuhan (Ya'qub, 1978 : 26).
• Konsep Manusia Ideal Relevan
Dengan Konsep Manusia
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa Confucius
berupaya untuk membentuk manusia dari benih-benih dan potensi yang ada dalam
diri manusia itu sendiri yang kemudian dikembangkan. Confucius mempunyai asumsi
bahwa di dalam diri manusia pada awalnya mempunyai benih-benih dan potensi, dan
inilah yang merupakan dasar dari pembentukan manusia ideal. Potensi ini akan
berkembang atau berfungsi dengan maksimal jikalau manusia itu sendiri yang
menyadarinya dan berupaya untuk melaksanakannya. Kita ketahui bahwa manusia terdiri
dari jiwa dan badan, menurut penulis potensi dan kemauan ini ada dalam jiwa
manusia, dan fungsi badan disini ialah untuk menunjang agar terbentuknya
potensi itu. Jadi hubungan keduanya cukup menunjang dan saling berkaitan.
Menjawab pertanyaan mengenai apakah konsep manusia ideal sudah cukup relevan
dengan konsep manusia itu sendiri, kita dapat melihat dari dasar pembentukan
manusia ideal terdapat hubungan antara raga dan jiwa manusia, sebagaimana
diketahui bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu raga (jasmani) dan jiwa
(rohani), keduanya merupakan satu kesatuan (dwi tunggal) yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain, maka manusia dapat dikatakan manusia jika ia
memiliki jasmani dan rohani ; hal tersebut yang menyebabkan manusia dapat
bergerak, bersikap dan mempunyai suatu potensi serta kemauan. Manusia dalam
kehidupan sehari-hari merupakan subjek yang mandiri dan mengubah dirinya
sendiri agar memperoleh kemajuan dan perkembangan terutama potensi yang
terdapat di dalam dirinya. Jadi konsep manusia ideal menurut Confucius bisa
dikatakan relevan karena mencakup suatu konsep dasar dari manusia yaitu
hubungan antara jiwa (rohani) dan raga (jasmani).
• Unsur Dasar Manusia Biasa
Dikatakan Ideal
Dari konsep manusia ideal menurut Confucius maka
kita akan melihat atas dasar apakah manusia sudah bisa dikatakan ideal. Dasar
dikatakan manusia itu ideal jika ia sudah menjadi Chun-tzu . Chun-tz
u adalah seorang yang berusaha memelihara kepribadiannya, terutama moral
dan bertujuan untuk membuat situasi menjadi tenang bagi seluruh umat manusia, Chun-tzu
berarti seorang pemberani yang dapat menyelaraskan berbagai macam hal yang
berkaitan dengan pekerjaan dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas moral.
Confucius berkata: “Seorang manusia yang bijaksana adalah seorang yang
mempunyai harga diri dan memelihara kepemimpinan dengan membina kepribadiannya
pada dua prinsip kebajikan yaitu kesetiaan dan kejujuran serta keberanian untuk
menyatakan mana yang benar dan mana yang salah” (Confucius, 1991 : 31).
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang Chun-tzu diantaranya :
setia dan selalu berbuat baik serta berusaha untuk mawas diri, mencintai
sesuatu yang benar dan tidak mementingkan dirinya sendiri, mengutamakan masalah
moral. (Dawson, 1981 : 55). Jadi ada suatu kriteria untuk menjadi manusia ideal
yaitu setiap manusia harus menjadi seorang Chun-tzu dan
tahapan-tahapan untuk mencapainya ialah pertama-tama manusia harus menyadari
potensi dalam dirinya sendiri seperti yang dikatakan Confucius bahwa di dalam
naluri manusia terkandung benih-benih kebaikan yang terdiri dari jen (perikemanusiaan),
yi (kelayakan), li (sopan santun), dan chi (kebijaksanan)
dari sinilah terbentuk potensi untuk menjadi seorang Chun-tzu , jika
sudah menjadi Chun-tzu maka ia harus mempunyai sifat-sifat yang
dimiliki oleh Chun-tzu seperti yang sudah dijelaskan diatas, jika
kriteria tersebut sudah terpenuhi sampai akhirnya manusia itu sudah biasa
dikatakan sebagai manusia ideal.
• Relevansi Konsep Manusia Ideal
dengan Kondisi Kekinian
Confucius dalam membahas tentang manusia
mengatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk sosial, maka hendaknya dapat
menjalin kerjasama dengan masyarakat, maksudnya jika di dalam masyarakat
berlaku hal-hal yang tidak baik, maka seyogyanya dapat merubah ke hal-hal yang
baik, dapat diterima oleh siapa saja. Manusia dianggap bijak apabila selalu
mengutamakan masalah moral. Konsep manusia ideal menurut Confucius
pembahasannya lebih banyak berkisar tentang masalah moral. Maka moral bagi
Confucius memiliki cakupan yang demikian luas dan kompleks yang dapat dijumpai
dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, oleh sebab itu
dibutuhkan suatu kearifan untuk mendapatkan ketentraman, kesejahteraan dan
kebahagiaan. Dari pemikiran ini kita dapat melihat bahwa Confucius
mengedepankan nilai-nilai moral dalam pembentukan manusia ideal yang pada
akhirnya membentuk suatu masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. Sumbangan
pemikiran ini sangat berguna dan sangat signifikan jika diterapkan pada kondisi
kekinian. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini nilai-nilai moral selalu
dikesampingkan membuat manusia tidak dapat menjadi manusia yang ideal dan
memebntuk suatu masyarakat yang ideal, tertib, dan teratur. Mengenai kodrat
manusia itu sendiri pada kondisi kekinian dapat dijadikan suatu dasar untuk
menjalin suatu nilai kebersaman atau kerjasama diantara setiap individu
(manusia), dikarenakan saat sekarang ini semangat kebersaman sudah mulai
hilang, lebih dominan rasa individual yang sangat ditonjolkan. Oleh karena itu
alangkah baiknya jika keduanya seimbang itu akan menjadikan suatu sosialitas
lebih harmoni dan dinamis. Cara hidup Confucius yang sedemikian sederhana,
menyukai kejujuran, senang menasehati orang lain, dan senantiasa berpegang
kepada kesucian, dari cara hidupnya akan menjadikan suatu panutan dan
keteladanan bagi masyarakat dewasa ini.
• KESIMPULAN
Konsep pembentukan manusia ideal menurut
Confucius terpadu dalam konsep dasar manusia itu sendiri, dan cukup relevan.
Terlihat dari pembentukan manusia ideal tersebut terdapat hubungan antara raga
dan jiwa manusia, sebagaimana diketahui bahwa manusia terdiri dari dua unsur
yaitu raga (jasmani) dan jiwa (rohani), keduanya merupakan satu kesatuan (dwi
tunggal) yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, maka manusia dapat
dikatakan manusia jika ia memiliki jasmani dan rohani ; hal tersebut yang
menyebabkan manusia dapat bergerak, bersikap dan mempunyai suatu potensi serta
kemauan. . Kita ketahui bahwa manusia terdiri dari jiwa dan badan, potensi dan
kemauan ini ada dalam jiwa manusia, dan fungsi badan disini ialah untuk
menunjang agar terbentuknya potensi itu. Jadi hubungan keduanya cukup menunjang
dan saling berkaitan. Masalah mengenai dasar manusia dikatakan ideal jika ia
sudah menjadi seorang Chun-tzu, dan untuk mencapainya terdapat tahapan-tahapan
dan suatu kriteria.
Konsep manusia ideal menurut Confucius
pembahasannya lebih banyak berkiasar tentang masalah moral, moral bagi
Confucius memiliki cakupan yang demikian luas dan kompleks yang dapat dijumpai
dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, oleh sebab itu
dibutuhkan suatu kearifan untuk mendapatkan ketentraman, kesejahteraan, dan
kebahagiaan bagi semua orang.
Confucius di dalam pandangan tentang konsep
manusia lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat pragmatis, sehingga segala
sesuatu diukur dengan nilai kegunaan praktis yang mengandung unsur-unsur
idealis unuk mendapatkan tujuan yang dicita-citakan serta bersifat realis yang
mempunyai arti selalu berpedoman pada hal-hal yang nyata ( realita) : maka
ruang lingkup pragmatisme, idealisme dan realisme dalam dimensi filsafat
manusia.
Konsep manusia ideal jika direlevansikan pada
kondisi kekinian sangat berguna dan bermanfaat dalam membentuk suatu sosialitas
yang harmoni dan dimanis. Disamping itu konsep manusia ideal yang ditawarkan
Confucius juga cukup relevan dengan konsep manusia indonesia yang
berkecenderungan ke arah monodualisme nyaitu suatu aliran yang berpandangan
bahwa manusia mempunyai keseimbangan jasmaniah dan rohaniah atau keseimbangan
lahiriah dan batiniah yang berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA
Dawson, Raymond, 1981, Confucius ,
Oxford University Press, Oxford Toronto, Melbourne
Lasiyo, 1982/1983, Confucius , Penerbit
Proyek PPPT, UGM Yogyakarta
_____, 1998, Sumbangan Filsafat Cina Bagi
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia , Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar Pada Faklutas Filsafat UGM, Yogyakarta
______, 1998, Sumbangan Konfusianisme Dalam
Menghadapi Era Globalisasi , Pidato Dies Natalis Ke-31 Fakultas Filsafat
UGM, Yogyakarta.
Ya'qub, Hamzah, 1978, Etika Islam , CV.
Publicita, Jakarta
Widiyastini, 2004, Filsafat Manusia Menurut
Confucius dan Al Ghazali , Penerbit Paradigma, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar