Judul Buku:
Prancis dan Kita; Srukturalisme, Sejarah, Politik, Film dan Bahasa
Penyunting:
Irzanti Sutanto& Ari Anggari Harapan
Pernerbit:
Wedatama Widya Sastra
Jakarta:
2003
Arthur
Marwick, sejarawan Inggris yang dalam The Nature of History melakukan
kajian menyeluruh dan rinci tentang perkembangan ilmu sejarah. Dia menyebutkan
Prancis sebagai tempat terjadinya perkembangan berarti dalam usaha menemukan
suatu pendekatan yang sungguh-sungguh baru dan lebih luas dalam ilmu sejarah.
Marwick
menyebutkan Henri Berr (1863-1954) yang berusaha menyatukan semua kegiatan
manusia dalam masyarakat ke dalam sebuah sintesis sejarah dengan bantuan metode
dan kepekaan untuk mendalami masalah yang dipinjam dari sosiologi. Berr
mendakatkan ilmu sejarah kepada sosiologi Durkheim dan menjauhkan diri atau
lebih tegasnya menolak paradigma sejarah yang berlaku, yang secara salah kaprah
disebut penganutnya sebagai “positivisme”. Gagasan tersebut diperjuangkan Berr
dengan menerbitkan jurnal Revue de Synthese (1900). Berr dicatat sebagai
pendahulu sebuah mazhab ilmu sejarah yang besar pengaruhnya, yaitu mazhab Annales.
Tulisan ini
bertujuan memperkanalkan mazhab annales melalui tiga orang perintisnya. Dua
diantaranya yaitu Lucien Febvre dan Marc Bloch yang merupakan pendiri mazhab
annales, sedangkan seorang lagi, Fernand Braudel adalah para sejarawan Annales
sesudah perang dunia II yang menjadikan paradigma mereka dominan. Dengan
demikian diharapkan dapar diperoleh suatu gambaran tentang sumbangan sejarawan
perancis kepada perkembangan ilmu sejarah. Gambaran itu juga menunjukkan bahwa
strukturalisme telah mempengaruhi perkembangan ilmu sejarah. Akan tetapi untuk
lebnih menjelaskan makna sumbangan mazhab annales tersebut terlebih dulu akan
diperkenalkan secara ringkas paradigma mazhab methodique yang ditolak
para perintis annales.
1. Mazhab
Methodique
Mazhab ini
menyebut dirinya sebagai “ecole methodique” yang menentukan metode dan
objek penelitian historiografi Prancis selama masa Republik III (1871-1940).
Mazhab ini menerbitkan jurnal La Revue Historique, dan tokoh-tokoh yang
terkenal adalah G. Monod, E. Lavisse, Ch.-Victor Langlois, dan Ch.Seignobos.
Sejarawan-sejarawan dari masa republik III yang berdiri diatas puing-puing
kekalahan terhadap Jerman (1871) itu pergi ke Jerman untuk belajar dari musuh
yang mengalahkan mereka, dan menganut paradigma Ranke. Kebetulan Leopald von
Ranke meneliti sejarah pada abad ke 19, ketika tempat-tempat penyimpanan arsip
negara-negara eropa baru dibuka untuk umum. Tidaklah
mengherankan bahwa metode Ranke menuntut kesetiaan total kepada dokumen arsip
sebagai sumber. Baginya sejarah hanyalah bertujuan untuk menunjukkan masa lalu
“sebagaimana adanya dahulu”. “sebagaimana adanya dahulu” dalam paradigma Ranke
berarti sebagaimana yang tertulis dalam dokumen arsip saja. Paradigma itulah
yang dianut sejarawan mazhab methodique. Karena mandasari historiografi
dengan f`kta-fakta dokumen itu, mnereka menyebut pula aliran mereka “positiviste”.
Sebagai
intelektual eropa abad ke 19, Ranke berkeyakinan bahwa negara adalah gagasan
ilahi. Kebetulan pula abad ke 19 itu arsip-arsip negara mulai dibuka untuk
umum. Baik karena nasionalisme abad ke 19 seperti yang diyakini Ranke maupun
karena melimpahnya dokumen arsip negara yang dibuka untuk diteliti. Tidaklah
mengherankan bahwa yang berkembang adalah sejarah yang bersangkutan dengan
negara seperti perjanjian, pertempuran, sejarah orang-orang besar
Ecole
methodique di bawah
republik III Prancis yang teramat nasionalis itu pun terarahkan tidak hanya
oleh arsip negara tetapi juga oleh semangat zaman untuk menghasilkan sejarah
yang berisi ikhwal orang-orang besar, dan peristiwa-perostiwa besar yang
terjadi karena perbuatan mereka.”sejarah orang-orang besar dan
peristiwa-peristiwa bsar, sejarah serba peristiwa” ejek kaum annales.
Kebetulan
pula Republik III sejak 1880-an menerapkan wajib belajar tingkat sekolah dasar
yang secara efektif menanamkan nasionalisme sekuler ke dalam mentalitas anak didik.
Para sejarawan ecole methodique lah yang menyusun buku sejarah yang menyangjung
banga. Buku historire de France karawangan Ernest Lavisse masih menjadi
sarana penanaman nasionalisme pada anak didik persekolahan di Prancis.
2. Mazhab
Annales
Mazhab Annales
lahir dari ketidakpuasan akan sejarah “tradisional” atau yang menyebut dirinya “ecole
methodique”. Lahir pada tahun 1929 di Strasbourg dalam bentuk sebuah jurnal
sejarah, Les Annales d’histoire ecenomique et sociale, yang namanya sampai kini
menjadi nama mazhab Annales.
Pendiriya
adalah Lucien Febvre (1878-1956) dan Marc Bloch (1886-1944), perintis-perintis
suatu sejarah yang sampai lama sesudah perang Dunia II disebut nouvelle
histoire, “sejarah baru”. Para sejarawan baru mengalihkan minat sejarah
dari orang-orang besar kepada les peuples sans histoire, orang-orang
kecil yang tak punya sejarah. Memindahkan perhatian dari politik saja ke
seluruh kehidupan manusia dalam masyarakat yang beraneka ragam. Untuk itu
digunakan penedekatan baru. Pendekatan baru bukan dalam arti meningalkan
dokumen sebagai sumber penelitian. Febvre dan Bloch menulis sejarah atas dasar
dokumen dan menyebutkan sumbernya. Yang baru dalam pendekatan para perintis
annales adalah objek penelitian dan pertanyaan dalam meneliti dokumen. Mereka
mengecam sempitnya bidang yang ingin diketahui dalam paradigma yang berlaku.
Sejak Febvre dan Bloch, dokumen memberi tahu lebih banyak daripada yang
tercantum dalam tulisan. Para perintis annales ini memahami dokumen sampai
“yang ada dibalik tulisan” atau dengan kata lain menafsirkan dokumen secara
lebih luas dan mendalam. Kaum annales ini juga mempluas makna dokumen. Dokumen
tidak lagi hanya kertas dan perkamen bertulisan yang tersimpan sebagai arsip,
karena untuk mengetahui mentalite mentalitas manusia abad pertengahan.
Bukan
kebetulan bahwa mazhab Annales yang menghendaki sejarah yang berbeda, muncul di
pingiran, bukan di pusat-pusat kemasyhuran. Kaum annales mengingini sejarah
yang memuat aneka ragam kehidupan manusia dalam masyarakat. Mazhab ini
mengembangkan sejarah sosial yang tak kenal pagar pembatas, baik ekonomi,
stuktur dan konjungtur, mentalitas, sejarah total, sejarah berjangkan
panjang.
Mazhab
annales sampai kini merupakan mazhab yang terbesar pengaruhnya di Prancis.
Pengaruhnya itu bahkan sampai ke lingkungan-lingkungan sejarawan di luar
Prancis. Di bawah ini akan coba pengenalan lebih lanjut mazhab annales melalui
tiga otrang perintisnya: Lucien Febvre, Marc Bloch, dan Fernand Braudel.
a. Lucien
Febvre
Febvre tidak
puas akan penjelasan simplistik, “monokausal” sejarah politik atas peristiwa
sejarah. Febvre menghendaki sejarah yang lebih mendalam dan integrale atau
global, sejarah yang mencakup keseluruhan kehidupan mannusia, yang akan disebut
sejarah total. Mentalitas, jaringan kepercayaan yang kompleks, semangat zaman,
menjadi ciri karya-karyanya. Ia memperjuangkan agar sumber sejarah tidak
dibatasi pada dokumen arsip saja. Ia mengatakan tidak cukup jika sejarah
ditulis hanya atas dasar sumber tertulis. Sejarawan harus dapat “membuat
bicara” sumber-sumberv “bisu” seperti bentuk ladang, perangkat kekang kuda,
komposisi kimia pedang. Ia juga menghendaki agar sejarah membuka diri terhadap
ilmu-ilmu lain, mengunakan sebagai ilmu bantuan dalam peneluitian dan penulisan
sejarah.
b. Marc
Bloch
Bloch tidak
sekedar mengikuti arus umum penelitian sejarah yang wajtu itu sedang meminati
kota dan kaum borjuis, melainkan memusatkan perhatian kepada suatu daerah
pedesaan lama walaupun sejarah daerah itu sudah tertulis dengan runut. Dpat
dilihat dari 3 karyanya yang menonjol. Pertama sebuah monografi sejarah
pedasaan. Kedua raja dan petani kecil. Ketiga, raja-raja penyembuh, kajian
tentang sifat suoranatural yang diangap melekat pada kekuasaan raja khusunya di
Prancis dan Ingrris (1924). Dalam karya ini, dari fakta-fakta politik,
pertemuan-pertemuan antara raja dan rakyat di berbagai tempat, Bloch menarik
aspek-aspek imajiner atau pencitraan kolektif. Sejakn karya ini Bloch
menerapkan metode untuk mencari apa dari ranah imajiner itu yang dapat
mengggerakan kelompo-kelompok sosial. Fakta sosial termasuk dokumen asrsip,
kini dilihat sisi yang belum tersentuh yakni mentalitas. Ia menggambarkan
bagaimana sebuah kepercayaan mulai timbul, menetap, perlahanlahan berakar,
menyebar diantara berbagai lingkungan sosial, dan menjelaskan mengapa mengapa
pada beberapa diantara lingkungan itu, kepercayaan tersebut bertahan terhadap
mutasi. Ciri khas dalam karya bloch diantaranya kajian atas fenomena dalam
jangka waktu sangat panjang. Diteliti sedara komparatif berbagai daerah dalam sebuah
kawasan budaya, dipahami teks-teks naratif scara batru dan dimanfaatkannya
sunber tak tertulis untuk mengungkap jejak suatu ritual dan citra mental.
Bloch merusaha mengidentifikasi mentalitas religius melalui banyak kepercayaan
dan praktek. Kajian sejarah dengan bantuan etnoloi adalah salah satu
aspek pembaharuan metode yang dianjurkan Bloch.
c. Fernand
Braudel
Braudel
tidak saja melanjutkan karya Febvre sebagai “pembangunan imperium” tetapi
juga melanjutkan dan mengembangkan konsep histoire totale, sejarah total yang
sering disebutnya juga histoire globale. Salah satu karyanya yaitu Mediterrane.
Mediterrane adalah sejarah total suatu kawasan yang meliputi seluruh
mediterania. Sejarah itu terdiri atas tiga bagian, yang masing-masing berjalan
menurut waktunya sendiri. Walaupun tentang kurun waktu yang sama.
Bagian
pertama membicarakan mansuia dalam hubungan dengan alam yang merupakan
lingkungannya. Disini sejarah menurut “waktu geografisnya”, sangat lamban.
Transformasi alam terjadi begitu lambatnya. Selama berabad-abad tercatat
variasi cuaca, tumbuhan mengalami degradasi, tempat kota-kota kadang berpindah,
jalur jalan ada kalanya diubah. Observasi sejarah mengungkapkan sejarah yang
perkembanganyya paling lamban.
Bagian kedua
merupakan sejarah yang bergerak diatas “gelombang dikedalaman”itu, lebih cepat
tetapi masih berjangka panjang. “di atas sejarah yang tak bergerak lurus itu
terdapat sejarah yang ritmenya lambat, sejarah struktural, sejarah sosial,
sejarah kelompok-kelompok dan pengelompokan-pengelompokan.
Dibagian
ketiga adalah sejarah tradisional, sejarah serba peristiwa. Braudel menyebut
sebagai sejarah yang dimensinya bukan manusia melainkan individu. Sunggguhpun
disini sejarah bergerak menurut jangka waktu pendek. Mengikuti peristiwa,
braudel memberikan juga gambaran tentang kedua imperium yang berlawanan dengan
memaparkan pranata masing-masing, yang kompleks, provinsi-provinsi mereka yang
beraneka ragam dengan penduduk-penduduknya yang majemuk. Ia juga memperkirakan
kekuatan militer masing-masing dengan memperhatikan pengorganisasian tentara,
menilai armada-armada, jaringan benteng-benteng. Dengan alam tumbuhan sebagai
dekor, disini Braudel memanggungkan aksi. Sejarah tradisional ini tidak
menggairahkan penulisnya tetapi bisa lebuih tertarik pada pengaruh-pengaruhnya
yang bertahan lama daripada kejadian-kejadian yang dramatis. Braudel juga
melihat pada skala dunia suatu kehidupan atau peradaban materi di ‘lantai
dasar’, ekonomi pasar diatasnya, yang terpisah dari kapitalisme global yang
merupakan hierarki-hierarki yang bergerak dari kejauhan di tingkatan teratas.
Sedikit
berkomentar
Sejarah
sejarah sebelum Annales terbatas pada peristiwa-peristiwa politik, diplomasi,
dan militer yang penjelasannya hanya rangkaian peristiwa, seolah-olah tidak ada
latar atau akar social dari peristiwa-peristiwa tersebut. Sejarawan yang
kemudian di sebut sejarawan bermazhab methodique ini mengedepankan sumber arsip
sebagai suatu keabsahan dari fakta sejarah. Ini sangat dimafhum karena jiwa
zaman memungkinkan untuk itu. Arsip-arsip Prancis di rangkai menjadi sejarah
untuk membentuk rasa nasionalisme, bahkan menjadi buku pelajaran di
sekolah-ekolah prancis. Maka tidak heran historiografi di warnai
peristiwa-peristiwa besar.
Memang dalam
pengertian fakta sejarah, sumber dokumen arsip merupakan sumber primer yang
sangat abash. Namun, kekurangannya adalah seolah-olah fakta itu mati dan tidak
memiliki kehidupan. Fakta hanya masa lalu, tidak mempunyai pandangan apa yang
akan terjadi esok.
Sejarah
yang kemudian di sebut sejarah tradisional ini pun tak lekang dari ejekan
intelektual sesudahnya. “sejarah orang-orang besar dan peristiwa-peristiwa
bsar, sejarah serba peristiwa” ejek kaum annales.
Perubahan
historiografi itu terjadi saat mazhab Annales mendobrak sejarawan bermazhab
methodique. Sumbangan besar dalam perkembangan ilmu sejarah dengan munculnya
para sejarawan Annales. Sumbangan berupa pembebasan ilmu sejarah dari
kesempitan cakrawala.
Adalah
Febvre dan Bloch Para sejarawan annales menggap bahwa sejarah sebagai sejarah
integral atau sejarah total. Mereka melihat lebih jauh dokumen arsip, melihat
fakta-fakta yang ada di arsip ke dalam sebuah mentalitas. Dalam pengertian
setiap dokumen tidak lantas menjadi fakta tetapi ada pertanyaan lebih jauh
mengenai fakta dalam arsip tersebut. Arti dokumen bahkan diperluas ke
jejak-jejak masa lalu yang tak tertulis. Artefak yang dalam kebiasaan akademik
menjadi objek arkeologi diteliti pula oleh sejarawan. Kaum annals merobohkan
pagar-pagar yang mengungkung ilmu sejarah dan menjadikannya terbuka terhadap
ilmu-ilmu lain sepanjang diperlukan untuk memahami fakta atau perkembangan
sejarah. Ke dalam sejarah total itu, kaum annals juga memasukkan gejala
kemanusiaan yang paling tahan terhadap perubahan yakni mentalitas di ranah
imajiner kolektif atau di bawah sadar kolektif.
Dengan
kehadiran sejarawan annals ini menjadikan fakta-fakta serah hidup, akan tetapi
pertanyaan-pertanyaan terhadap fakta yang lebih jauh mengakibatkan generalisasi
dalam fakta-fakta sejarah. Lantas ketika semakin jauh sejarah bermain dalam
ranah bidang ilmu lainnya, sejarah merambah semuanya. Keilmuan menjadi bidang
sejarah dan bukan sejarah.
Pun dengan
kehadiran Braudel, ia bahkan melihatnya sejarah ke dalam ranah yang lebih luas.
Ia melihat bahwa dalam suatu kawasan seluas Mediterania dalam jangka waktu
berabad-abad ada lapisan dari peradaban yang tidak berubah atau hampir tidak
berubah, ada perubahannya terjadi menurut irama jangka panjang kelompok dan
pengelompokkan social dan gerak-gerak tren menurut irama individu. Braudel juga
melihat pada skala dunia suatu kehidupan atau peradaban materi di ‘lantai
dasar’, ekonomi pasar diatasnya, yang terpisah dari kapitalisme global yang
merupakan hierarki-hierarki yang bergerak dari kejauhan di tingkatan teratas.
Para
sejarawan Annales memang lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber sejarah.
Dengan memahami atau menafsirkan apa yang ada dan dipahami dibalik dokumen,
atau dengan kata lain apa yang dapat dipahami lebih lanjut dari fakta-fakta
tersebut. Kaum annals bertanya kepada dokumen sesuai dengan minat mereka kepada
sejaragh yang lebih luas.
Dengan
demikian dapat terlihat gambaran menunjukkan bahwa strukturalisme telah
mempengaruhi perkembangan ilmu sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar