Rabu, 06 Juni 2012

Resensi Kuntowijoyo: metodelogi sejarah


BAB  I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Di Indonesia historiografi modern dimulai tahun 1957, dimana pada waktu diselenggarakan Seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Tahun ini dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru, sedangkan kurun historiografi tradisional berakhir dengan ditulisnya buku Cristische Beschouwing van de Sejarah van Banten oleh Hoesein Djajadiningrat tahun 1913. Kepustakaan pada waktu itu menekankan lebih banyak kepada peranan orang Eropa dan melihat sejarah Indonesia sebagai sejarah ekspansi Eropa di Indonesia.
Perubahan-perubahan banyak terjadi setelah tahun 1970 baik dalam bagaimana menulis sejarah, juga kegiatan dalam arti yang kongkret, misalnya diwujudkan dalam perkembangan kelembagaan, ideologi, dan substansi sejarah. Masalah lain, ideologi dan substansi  akan disinggung dalam konteks kelembagaan itu. Kategori pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang ditulis oleh para sejarawan akademis, yang mana kelompok akademis ini mempunyai tanggung jawab terbesar dalam perkembangan historiografi. Alasannya cukup jelas, karena sejarawan akademis adalah mereka yang paling sadar tentang apa yang dikerjakan, mempunyai pendapat yang penuh pertimbangan apa yang di tulisnya.
Dalam  penulisan sejarah bisa juga menggunakan metode sejarah lisan oleh beberapa sejarawan yang menulis mengenai periode revolusi. Rupanya sejarah lisan semakin mendapat pengakuan sebagai kemungkinan baru untuk dapat diterapkan dalam penulisan sejarah. Sejarah lisan bahkan kadang-kadang menjadi satu-satunya jalan menuju penggalian sumber sejarah.
Sejak tahun 1970 proyek sejarah lisan dirintis oleh Arsip Nasional dan sampai sekarang telah banyak menghasilkan karya. Sebaiknya mengingat pentingnya sejarah lisan untuk kepentingan di daerah-daerah, maka untuk keperluan itu tentu ada baiknya sejarah lisan masuk dalam kurikulum jurusan sejarah. Akan tetapi yang masih terasa berat kemungkinannya adalah keabsahan sumber lisan sebagai sumber sejarah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penulisan sejarah sosial, sejarah kota, sejarah pedesaan dan sejarah ekonomi pedesaan di Indonesia?

C.     TUJUAN
Untuk mengetahui  perkembangan penulisan sejarah sosial, sejarah kota, sejarah pedesaan dan sejarah ekonomi pedesaan di Indonesia.



BAB  II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH LISAN
Bagi para peneliti yang mengkaji sejarah Indonesia saat ini, sejarah lisan menawarkan banyak harapan. Sejarah lisan tampak sebagai sebuah metode untuk menggali pengalaman orang biasa, mengatasi keterbatasan dokumen-dokumen tertulis yang tidak banyak dan sering tidak terawat. Sejarah lisan dapat pula menyoroti beberapa episode sejarah yang gelap dan misterius, seperti pembantaian massal 1965-1966. Sejak jatuhnya Soeharto pada Mei 1998, sejumlah individu dan organisasi telah melakukan penelitian sejarah lisan mengenai bermacam-macam topik, dari sejarah komunitas kelas buruh hingga kerusuhan di daerah perkotaan yang terjadi pada saat jatuhnya Soeharto. Tidak diragukan lagi minat baru terhadap kisah-kisah pribadi ini merupakan perkembangan yang sehat bagi penulisan sejarah Indonesia, yang masih dihinggapi obsesi positivis akan obyektivitas dan keterpukauan pada sejarah politik pemerintah pusat (yang bisa disebut sebagai pendekatan istana-sentris). Sekarang sudah semakin biasa kita mendengar peneliti berbicara tentang menemukan kembali suara korban kekerasan, suara kaum miskin, dan suara orang kecil atau mereka yang dipinggirkan (subaltern). Meski wawancara lisan dengan kaum elit politik jelas masih diperlukan untuk memahami lebih baik kejadian-kejadian tertentu yang terjadi setelah kemerdekaan, janji lebih besar yang ditawarkan sejarah lisan di Indonesia dewasa ini adalah rangsangan untuk menulis sejarah sosial. Menurut Henk Schulte-Nordholt, “sejarah lisan sangat penting bagi historiografi Indonesia,” bukan saja karena birokrasi pemerintah pada era Soeharto “tidak banyak meninggalkan arsip yang terbuka untuk umum,” tetapi juga karena sejarah lisan membuka peluang bagi sejarawan untuk mengalihkan perhatiannya dari negara dan “menyoroti pengalaman-pengalaman pribadi yang berada di luar kerangka kaku yang ditetapkan lembaga-lembaga negara.

B.     SEJARAH SOSIAL
Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Dari hasil pembacaan sejarah sosial, setidaknya dapat ditemukan enam model yang masing-masing, yaitu :
1.      model evolusi; untuk menunjukkan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat berdiri sampai menjadi masyarakat yang kompleks
2.      model lingkaran sentral; model ini menuliskan sebuah masyarakat atau kota tetapi dimulai dari titik yang sudah ada bukan dari awalnya.
3.      model interval; merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan dalam kronologis sehingga tampak perkembangannya walaupun tidak nampak secara jelas hubungan sebab akibatnya.
4.      model tingkat perkembangan; model ini penerapan dari teori perkembangan masyarakat yang diangkat dari sosiologi.
5.      model jangka panjang menengah pendek; yang diambil dari teori Fernand Braudel dalam menangani sejarah sosial yang membagi sejarah dalam tiga macam keberlangsungan
6.      sistematis; model ini untuk menelusuri sejarah sosial dalam arti perubahan sosial.

C.     SEJARAH KOTA
Sejarah kota belum banyak mendapat perhatian kalangan sejarawan akademis, hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan terhadap kekayaan dan kemungkinannya. Pada awal abad ke-20 sebuah kota ideal mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sekaligus menunjuk sejarah kota itu.                Ciri-ciri kota ideal adalah sebagai berikut :
1.         Sektor kota tradisional yang ditandai dengan pembagian spasial berdasarkan status sosial dan dekatnya kedudukan pemukiman dengan kraton
2.         Sektor pedagang asing
3.         Sektor kolonial dengan benteng dan barak
4.         Sektor  kelas menengah pribumi
5.         Sektor imigran yang menampung pendatang baru di kota dan berasal dari pedesaan disekitar.

D. SEJARAH PEDESAAN
Sejarah pedesaan adalah sejarah dalam arti yang seluas-luasnya. History is above a science of change, demikian kara Marc Bloch. Disini dimensi waktu menjadi sangat penting, sebab perubahan ialah sebuah proses dalam waktu. Perubahan itu berarti perpindahan dari sebuah keadaan menuju ke keadaan yang lain. Keadaan itu menunjukan pada waktu tertentu terdapat kejadian yang berhubungan secara struktural dan membentuk sebuah keadaan. Selain itu juga, sejarah pedesaan ialah sejarah sejarah yang secara khusus meneliti tentang pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi pertanian. Untuk membedakan antara sejarah pedesaan dengan sejarah sosial ialah sejarah pedesaan harus selalu dapat mengembalikan permasalahan sejarah kepada desa dan pedesaan atau kepada ekonomi agraria pedesaan.
Desa dalam penelitian dapat dimasukan dalam satuan tertentu. Dalam sejarah pedesaan,  desa dapat dimasukan dalam satuan, dan dalam satuan itu memiliki ciri khusus yang tidak terdapat pada satuan lain, yaitu :
1.      Ekosistem adalah hasil perpaduan antara aktivitas manusia, keadaan bologs dan proses fisik. Menurut Clifford Geertz dalam Agricultural Involution membedakan dua macam ekosistem yaitu ekosistem ladang dan ekosistem sawah.
2.      Geografis adalah satuan seperti perbukitan, daerah aliran sungai, pantai, teluk, selat dan pedalaman desa yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya.
3.      Ekonomis secara langsung atau tidak merupakan bagian dari satuan geografis ataupun sebaliknya. Misalnya desa-desa di Banten ternyata memiliki hubungan ekonomis dengan desa-desa di Bandar Lampung.
4.      Budaya merupakan salah satu satuan dalam sejarah pedesaan yang dapat berupa hukum adat. Hukum adat di Indonesia berjumlah 19 hukum adat yang masing-masing memiiki sistem sosial-ekonomis dan budaya tersendiri.
Dengan pengertian sejarah tentang apa saja dengan bidang garapan desa, masyarakat petani, dan ekonomi pertanian, di bawah ini akan ditunjukan beberapa permasalahan dalam sejarah pedesaan.
1.    Bangunan Fisik
       Sejarah bangunan fisik belum mendapat perhatian dari sejarawan,  padahal banyak sumber-sumber dari Belanda yang menerangkan mengenai pedesaan. Sejarah pedesaan disini tentang monografi sebuah desa tertentu.
2.    Satuan Sosial
      Satuan sosial di lingkungan desa dan masyarakat petani sangat kaya dengan permasalahan sejarah. Keluarga, satuan desa, kelas sosial, kelompok agama dan budaya dan kelompok etnis termasuk di dalamnya. Sejarah keluarga baik sebagai lembaga atau sebagai kesatuan yang konkret belum dapat perhatian.
3.    Lembaga Sosial
       Lembaga-lembaga desa yang berupa pola hubungan sosial dan organisasi-organisasi sosial merupakan tema yang kaya untuk dijadikan kajian. Termasuk disini lembaga seperti pemerintahan, keagamaan, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
4.    Hubungan Sosial
       Hubungan sosial di pedesaan juga kaya akan tema penelitian. Diantaranya masalah stratifikasi, integrasi, konflik, mobilitasi sosial, migrasi, dan hubungan desa-kota.
5.    Gejala Psiko-sosial
       Masuknya unsur-unsur baru dalam hal psikis dan budaya pedesaan telah secara umum dapat merubah mental budaya masyarakat desa, dan dapat merubah nilai-nilai dalam bidang sosial dan ekonomi.
Setelah diutarakan mengenai pengertian, penelitian dan permasalahan dalam sejarah pedesaan, kiranya kita dapat menulis apa saja berdasarkan batasan keluasan sejarah pedesaan itu. Kita dapat memilih satu desa, satu masalah, satuan desa atau pedesaan pada umumnya. Tinggal lagi kita belajar dari ilmu-ilmu sosial untuk memperoleh petunjuk-petunjuk teoritis mengenai pedesaan sendiri sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran dari ilmu-ilmu sosial.
E.  SEJARAH EKONOMI PEDESAAN
Sejarah ekonomi masih merupakan daerah yang relatif asing bagi sejarawan Indonesia, sekalipun sejarah ekonomi diajarkan di jurusan-jurusan sejarah. Di negeri-negeri barat sendiri sejarah ekonomi juga merupakan disiplin yang relative baru. Meskipun sejarah ekonomi sudah ditulis orang jauh sebelumnya, tetapi chair untuk sejarah ekonomi yang pertama di dunia baru ada di Harvard pada tahun 1892, dan chair serupa di Inggris baru ada pada tahun 1910. Sejarah ekonomi yang secara formal berdiri sendri lepas dari subordinasi pada sejarah politik itu ingin mencari maknanya sendiri dalam mempelajari corak dan penjumlahan dari hubungan manusia yang bersifat ekonomi, sosial dan budaya. Pada kurun-kurun sebelumnya political economy lebih berpengaruh dalam penulisan-penulisan sejarah ekonomi. Sejarah ekonomi yang telah melepaskan diri dari ekonomi politik terus berkembang dan mencapai puncaknya dalam studi yang semakin canggih, dengan penggunaan metode qtguatitalis yang maju dalam gerakan the new economic history.
Di Indonesia kiranya masih perlu diperkenalkan sejarah ekonomi yang lebih konvesional banyak definisi sudah dikemukakan oleh banyak sarjana, dengan batasan yang kurang lebih sama. Barry E. Supple dalam the experience of economic growth: case studies in economic history menulis sbb:
Economy history is the historical study of man’s efforts to provide himself with goods and services, of the institutions and relationship which resulted from those efforts, of the changing technique and outlooks associated with his economic endeavor, and of the results (is social as well as economic terms) of his striving, ot his failure to strike. Ekonomi pedesaan dan ekonomi petani tidak selalu searti, namun dalam tulisan ini, keduanya dipersamakan dan dapat dilakukan peristilahannya khusus untuk keperluan seminar sejarah lokal dengan cakupan dinamika pedesaan ini. Ciri-ciri ekonomi petani sebagaimana dikemukan Daniel thornier, seorang antropolog yang menganggap ekonomi petani sebagai sebuah kategori dalam sejarah ekonomi, ialah:
1.        Dalam bidang produksi, masyarakat terlibat dalam produksi agrarian;
2.        Penduduknya harus lebih dari separuhnya terlihat dalam pertanian
3.        Ada kekuasaan negara dan lapisan penguasaanya
4.        Ada pemisahan antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang desa-desa
5.        Satuan produksinya ialah keluarga rumah-rumah petani.
Ekonomi petani, menurut Thornier yang mengukuhkan pendapat ahli ekonomi Rusia. Charanov, tidak termasuk dalam salah satu kateogri sudah ada, hingga sepantasnya kalau ekonomi petani yang banyak terdapat di negara-negera yang sedang berkembang itu mendapat tempat-tempat yang tersendiri. Ia juga tidak puas dengan semata-mata menyebut ekonomi petani sebagai perwujudan cara produksi Asia.
Pertemuan antara ekonomi ekspor, baik melalui peraturan tanam paksa maupun perkebunan swasta pada abad ke-19, merupakan pertemauan antara dua cara produksi dengan akibat-akibat yang menarik perhatian sejarah ekonomi. Tidak kurang dari itu sebenarnya ialah pertemuan antara dua system ekonomi sebagai dikemukakan oleh Boeke sejak lama, yang sampai sekarang pun masih berlaku dalam pengertian-pengerian tertentu.
Sejarah ekonomi lokal sangat penting karena tiap-tiap daerah di Indonesia menempuh jalan sendiri-sendiri dalam perkembangan ekonomi. Perbedaan regional itu disebabkan oleh berbagai faktor pertama, ada atau tidak adanya organisasi kenegaraan. Dalam hal ini perbedaan terjadi antara berbagai daerah yang disebabkan oleh corak kerajaan-kerajaan atau organisasi sosial setempat yang berbeda. Pembatasan satuan wilayah dapat mempergunakan berbagai cara. Di antara kemungkinan itu ialah pendekatan wilayah produksi, wilayah pemasaran, wilayah penukaran, wilayah georgrafis, wilayah administratif dan wilayah adat.
Wilayah produksi dapat berupa daerah yang diliputi oleh produksi sejenis, seperti misalnya daerah nelayan dipantai utara Jawa, Sumatera Timur, dan sebagainya Madura yang menghasilkan garam sebagai satuan wilayah produksi. Dekat hubungan dengan wilyah produksi pemasaran. Di masa lalu, dapat dibayangkan, teknologi transportasi yang berbeda. Lingkaran pemasaran yang dengan lingkaran kereta api dan truk.
Selanjutnya, sangat penting dalam sejarah ialah satuan waktu dalam sejarah ekonomi, terutama yang mementingkan soal pertumbuhan ekonomi, masalah tahapan perkembangan selalu menjadi perhatian yang utama. Tidak saja dalam skala makro kita dapat berbicara tentang system ekonomi atau cara produksi, tetapi juga dalam lingkup mikro.
Untuk penelitian sejarah, pendekatatn terhadap tahapan ekonomi tidak perlu harus menggunakan ukuran-ukuran ekonomi. Tahapan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dikemukakan oleh Rostow dalam the stages of economi growth yang menggunakan ukuran produksivitas sebagai kriteria untuk tahapan, kiranya hanya dapat berlaku bagi masyarakat industrial, dan sedikit saja relevansinya dengan system ekonomi pedesaan atau petani di masa lampau. Dalam pendekatan Rostow, secara kasar masyarakat tradisional hanya disebutnya sebagai masyarakat tradsisonal, yang sedikit saja menjelaskan kompleksitas ekonomi yang dibuat oleh Heilbroner lebih menjangkau masa lalu sejarah manusia. Di kemukakannya tiga system ekonomi, ekonomi berdasarkan tradisi, perintah dan pasar.
Setelah kita mendapatkan satuan wilayah dan satuan waktu, kita perlu juga memahami satuan permsalahan dalam sejarah ekonomi pedesaan. Permasalahan ekonomi pedesaan atau eknomi petani tentu tidak sama dengan ekonomi industrial atau ekonomi kota. Dalam pengertian kita disini, ekonomi pedesaan memasukan juga ekonomi primitif sekaligus ekonomi petani, yang kedua-duanya masih terdapat dalam masyarakat dengan kerangka ekonomi pasar sekarang ini. Beberapa kemungkinan permasalahan yaitu tentang faktor-faktor ekonomi, sektor-sektor ekonomi, lembaga-lembaga ekonomi, komoditi, pertumbuhan, dan problem-problem.
Kenyataannya sejarah ekonomi lebih banyak memerlukan penggunaaan teori, model dan konsep-konsep ilmu sosial, termasuk ilmu ekonomi sendiri. Model tentang pertumbuhan ekonomi, misalnya, akan mampu menerangkan peristiwa dan struktur secara jelas. Teori, model dan konsep itu dapat diambil dari ilmu ekonomi konvensional yang terutama sangat baik untuk menganalisa sektor komersial dari organisasi ekonomi petani. Juga ilmu ekonomi konvensional dapat berguna dalam menghitung penampilan ekonomi baik yang primitif, petani, industry kapitalis, maupun industry komunis.
Bagi mereka yang melihat teori ekonomi murni dan statistik merupakan daerah terlarang, seperti sejarawan yang dihasilkan oleh fakultas-fakultas Sastra di Indonesia, sejarah ekonomi masih tetap terbuka. Seperti sudah disinggung, aktivitas ekonomi masih tetap merupakan aktivitas manusia, sehingga sejarah ekonomi pun tidak lepas dari setting sosial dari pengalaman manusia dan imajinasi manusia. Disini motif, nilai, dan sikap masih merupakan hal yang penting. Sejarah ekonomi dapat diletakan dalam kerangka sejarah interdisipliner.



BAB   III
PENUTUP

Untuk menyusun sejarah suatu tempat apabila masih ada data yang kurang lengkap sekiranya bisa menggunakan sumber lisan. Misalnya menyusun sejarah perkembangan suatu desa, maka tidak mungkin data-data yang digunakan adalah data tertulis semua. Yang berupa data tertulis tetap bisa digunakan, akan tetapi sumber lisan juga tidak kalah pentingnya, karena adanya sumber lisan adalah sumber yang bisa menceritakan dan membahasakan dari bukti-bukti tertulis yang ada di desa tersebut. Misalnya saja nota pajak, surat keluar masuk desa, tentunya akan lebih jelas dengan adanya penjelasan dari sumber lisan.
Selain sejarah suatu desa yang bisa menggunakan sumber lisan misalnya sejarah kota, sejarah perekonomian desa, sejarah sosial dan lain-lain. 



DAFTAR  PUSTAKA

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya
G.J. Renier. 1997. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar